Bismillaahirrohmaanirrohiim...
Assalamu’alaikum
warohmatullahi wabarokatuh...
Ya akhi
wa ukhti fillah...
Dalam
melewati lorong waktu hidupmu, menyusuri jalan yang penuh liku dan tipu daya,
tak sedikit pula duri tajam dan bukit terjal yang siap meluluhlantakkan
semangat mencari kebenaran ilahi. Tentunya ini tidak mudah engkau lalui
sendiri; engkau butuh seorang teman. Bersamanya engkau bisa saling membantu,
bahu-membahu menuju akhir perjalanan hidupmu. Namun tidak berhenti sampai di
sini. Mengapa?
Teman
itu layaknya cermin, jika engkau ingin mengetahui dirimu, lihatlah dengan siapa
engkau berteman. Rasul shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,“Seorang mukmin
merupakan cerminan saudaranya yang mukmin.” (HR. Al-Bukhari dalam Al-Adabul
Mufrad, no. 239; Abu Dawud, no.4918 (Ash-Shahihah, no. 926) )
Memilih
teman bukanlah perkara remeh, Islam memerintahkan kita untuk memilih siapa yang
menjadi teman kita. Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam bersabda,“Seseorang
itu berada pada agama teman karibnya, maka hendaklah salah seorang di antara
kalian melihat siapakah yang dia jadikan teman karibnya.” (HR. Abu Dawud,
At-Tirmidzi, dan Ahmad)
Ketahuilah
bahwa tidak semua orang layak dijadikan teman karib. Karena itu, orang yang
dijadikan teman karib harus memiliki sifat-sifat yang memang menunjang
persahabatan:
1. Berakidah
lurus dan bermanhaj ahlus sunnah wal jama’ah
Ini
menjadi syarat mutlak memilih teman karib. Kita semua tahu kisah kematian Abu
Thalib, paman Rasulullah ‘alaihish shalatu was salam. Dalam keadaan terbaring
menghadapi kematiannya, ada tiga orang yang menyertainya, mereka adalah
Rasulullah ‘alaihish shalatu was salam, Abu Jahl, dan Abdullah bin Abi
Umayyah. Dua orang terakhir itu adalah tokoh kafir Quraisy.
Rasulullah
‘alaihish shalatu was salam mengatakan, “Paman, katakan ‘laa ilaha
illa llah‘! Satu kalimat yang akan aku jadikan bahan pembelaan bagimu di
hadapan Allah.”
Sedangkan
dua tokoh kafir itu menimpali, “Abu Thalib, apakah kamu membenci agama Abdul
Muthalib?”
Tanpa
henti Rasul ‘alahi shalatu wa salam menawarkan kalimat itu, namun dua
tokoh kafir pun terus mempengaruhi. Sampai akhirnya Abu Thalib enggan mengucap laa
ilaha illallah dan tetap memilih agama Abdul Muthalib. Ia pun mati dalam
kekufuran. (Lihat hadits riwayat Al-Bukhari, no.1360; Muslim, no.131; An-Nasai,
no. 2034)
Cobalah
lihat buruknya pengaruh orang-orang yang ada di sekitarnya! Padahal Abu Thalib
sudah membenarkan ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam di
dalam hatinya. allahu'alam...
2.
Orang yang berakal
Karena
akal/kepandaian merupakan modal yang utama. Tidak ada kebaikan bergaul dekat
dengan orang bodoh, karena bisa saja dia hendak memberikan manfaat kepadamu
tapi justru memberi madharat. Yang dimaksud “orang berakal” dalam konteks ini
adalah orang yang mengetahui segala urusan sesuatu sesuai dengan proporsinya.
Manfaat bisa diambil dari dirinya atau dari pemahaman yang diberikannya.
3. Baik
akhlaknya
Ini
merupakan keharusan sebab berapa banyak orang berakal yang dirinya lebih banyak
dikuasai amarah dan nafsu, lalu dia tunduk padanya sehingga tidak ada manfaat
bergaul dengannya.
4.
Bukan orang fasik
Orang
fasik tidak pernah merasa takut kepada Allah. Orang yang tak takut kepada Allah
tentu sulit dipercaya. Selain itu, sewaktu-waktu orang lain tidak aman dari tipu
dayanya.
5.
Bukan ahli bid’ah
Persahabatan
dengannya harus dihindari karena bid’ah yang dilakukannya.
6. Taat
beribadah dan menjauhi perbuatan maksiat
“Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan
orang-orang yang menyeru Tuhannya di waktu pagi dan senja hari dengan mengharap
keridhoannya.” (QS. Al-Kahfi : 28)
7.
Banyak ilmu atau dapat berbagi ilmu dengannya
Berteman
dekat dengan orang yang punya dan mengamalkan ilmu agama akan memberi pengaruh
positif yang besar pada diri seseorang.
8.
Tidak rakus dunia
Itulah
sebagian sifat-sifat teman karib yang harus engkau perhatikan. Jangan sampai
dirimu salah memilih sehingga engkau menyesal di dunia atau pun di akhirat.
“Teman -teman akrab pada hari itu sebagian
menjadi musuh bagi sebagian yang lain kecuali orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Az-Zukhruf : 67)
Penutup
Ya akhi
wa ukhti fillah, sedikit nashihat yang semoga bermanfaat untukku maupun untuk
dirimu. Nashihat ini berasal dari seorang ulama bernama Ibnu Qudamah Al
Maqdisiy:
“Ketahuilah, Sungguh tidaklah pantas seseorang
menjadikan semua orang sebagai temannya. Akan tetapi sepantasnya dia memilih
orang yang bisa dijadikan sebagai teman, baik dari segi sifatnya, perangainya,
ataupun apa saja yang bisa menimbulkan keinginan untuk berteman dengannya.
Sifat ataupun perangai tersebut hendaknya sesuai dengan manfaat yang dicari
dari hubungan pertemanan. Ada orang yang berteman karena tujuan dunia, seperti
karena ingin memanfaatkan harta, kedudukan ataupun hanya sekedar
bersenang-senang bersama dan ngobrol bersama, akan tetapi hal ini bukanlah
tujuan kita. Ada pula orang yang berteman untuk tujuan agama, dalam hal ini
terdapat pula tujuan yang berbeda-beda.
Di antara mereka ada yang bertujuan dapat
memanfaatkan ilmu dan amalnya, ada pula yang ingin mengambil manfaat dari
hartanya, dengan tercukupinya kebutuhan ketika berada dalam kesempitan. Secara
umum, kesimpulan orang yang bisa dijadikan sebagai teman hendaknya dia
mempunyai lima kriteria berikut: Berakal (cerdas), berakhlak baik, tidak fasiq,
bukan ahli bid’ah dan tidak rakus terhadap dunia.
Kecerdasan merupakan modal utama. Tidak ada
kebaikan berteman dengan orang yang dungu, karena orang yang dungu terkadang
dia ingin menolongmu tapi justru dia malah mencelakakanmu. Akhlak baik, hal ini
juga sebuah keharusan. Karena terkadang orang yang cerdas jika ia sedang marah
dan emosi dapat dikuasai oleh hawa nafsunya. Maka tidaklah baik berteman dengan
orang yang cerdas tapi tidak berakhlak. Sedangkan orang yang fasiq, dia
tidaklah mempunyai rasa takut kepada Allah. Dan orang yang tidak mempunyai rasa
takut kepada Allah, kamu tidak akan selamat dari tipu dayanya, disamping dia
juga tidak dapat dipercaya. Adapun ahli bid’ah, dikhawatirkan dia akan
mempengaruhimu dengan jeleknya kebid’ahannya. (Mukhtashor Minhajul Qashidin, 2/
36-37)
Semoga
yang sedikit ini bisa bermanfaat untukku dan untukmu saudaraku..
Rujukan:
- Al-Quran Al-Karim.
- Mukhtashar Minhajul Qashidin (edisi terjemahan), karya Syaikh Ahmad bin ‘Abdurrahman bin Qudamah Al-Maqdisi.
- http://almanhaj.or.id/content/3480/slash/0/teman-bergaul-cerminan-diri-anda/
0 komentar:
Posting Komentar