"SISTEM KOORDINASI HEWAN"
BAB
I PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG
Hewan
mempunyai daya gerak, cepat tanggap terhadap rangsang eksternal, tumbuh
mencapai besar tertentu, serta memerlukan makanan dalam bentuk kompleks. Setiap
individu, baik pada hewan yang uniseluler maupun pada hewan yang multiseluler,
merupakan suatu unit.
Hewan berorganisasi, artinya setiap
bagian dari tubuhnya merupakan subordinate
dari individu sebagai keseluruhan, baik sebagai bagian satu sel maupun seluruh
sel. Suatu organisme hidup baik yang uniseluler maupun yang multiseluler dapat
berada sebagai individu terpisah maupun sebagai suatu agregat/kumpulan yang
bebas satu sama lain (koloni). Sebuah koloni hewan dapat terdiri dari hewan
uniseluler atau hewan multiseluler, namun hewan multiseluler bukan sebuah
koloni hewan uniseluler. Walaupun demikian, ada juga sebuah koloni hewan
multiseluler yang karena aktivitas hidupnya bermanifestasikan suatu kesatuan,
maka koloni itu dianggap sebagai suatu organisme.
Sistem
koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar
dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi bekerja untuk menerima
rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menanggapi rangsangan
tadi. Setiap rangsangan-rangsangan yang diterima melalui indra, akan diolah di
otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang
bersangkutan. Setiap aktivitas yang terjadi di dalam tubuh, baik yang sederhana
maupun yang kompleks merupakan hasil koordinasi yang rumit dan sistematis dari
beberapa sistem dalam tubuh. Sistem koordinasi pada hewan meliputi sistem saraf
beserta indra dan sistem endokrin (hormon). Sistem saraf yang dimiliki oleh
hewan berbeda-beda, semakin tinggi tingkatan hewan semakin kompleks sistem
sarafnya.
Sistem
saraf dan sistem endokrin bekerja sama dan berinteraksi dalam mengatur
fungsi-fungsi internal tubuh dan perilaku. Adapun alat indra merupakan reseptor rangsang dari luar. Namun meskipun terdapat
hubungan antara struktur dan fungsi, sistem saraf dan sistem endokrin sedikit
berbeda mengenai pengaturan waktunya dalam menjalankan fungsi koordinasi.
Sebagai contoh, dengan kerumitan strukturnya, saraf dikhususkan untuk transmisi
impuls dengan cepat (sekitar 150m/detik) dan akibatnya, informasi dapat
merambat dari otak manusia ke alat pengindraan atau sebaliknya hanya dalam
tempo beberapa milidetik. Sebaliknya, sistem endokrin memerlukan waktu beberapa
menit, jam, atau bahkan hari untuk bekerja. Hal ini dikarenakan dibutuhkannnya
waktu untuk sintesis dan pengangkutan hormon dalam darah ke organ targetnya.
Agar
dapat bertahan hidup dan berkembang biak, hewan harus merespon dengan cepat dan
tepat serta beradaptasi terhadap lingkungannya. Oleh karena itu, secara garis
besar di dalam makalah ini, penulis akan membahas bagaimana sistem saraf memerantarai
interaksi hewan dengan lingkungannya seraya bekerja sama dengan sistem endokrin
dan melihat bagaimana kerja alat indra yang merupakan reseptor rangsang
eksternal.
I.2
Rumusan Masalah
Dengan
melihat latar belakang yang telah dikemukakan, maka beberapa masalah yang dapat
penulis rumuskan dan akan dibahas dalam makalah ini adalah:
1.
Apa
pengertian sistem saraf?
2.
Bagaimanakah sistem saraf pada hewan invertebrata dan
hewan vertebrata?
3.
Apa
pengertian dari sistem endokrin?
4.
Bagaimanakah sistem endokrin pada hewan invertebrata
dan hewan vertebrata?
5.
Apa
pengertian dari sistem indra dan bagaimanakah klasifikasi sistem indra pada
hewan?
BAB
II
PEMBAHASAN
MASALAH
1. Pengertian
Sistem Saraf
Sistem
saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan
aktivitas tubuh. Sistem saraf juga adalah bagian dari tubuh yang
berfungsi melakukan pengaturan kegiatan tubuh
dengan cara mengirimkan pesan-pesan rangsang atau impuls saraf dan tanggapan atau reaksi
dalam bentuk pulsa elektrik. Sistem saraf disebut juga sistem pengatur tubuh.
Sistem saraf tersusun oleh berjuta-juta
sel saraf yang mempunyai bentuk bervariasi. Sistern ini meliputi sistem saraf
pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf merupakan salah satu sistem
koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi
dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan
cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun
dalam.
Sistem saraf tersusun dari jutaan
serabut sel saraf (neuron) yang berkumpul membentuk suatu berkas (faskulum).
Sistem saraf terdiri dari jutaan sel saraf (neuron). Fungsi sel saraf adalah
mengirimkan pesan (impuls) yang berupa rangsang atau tanggapan.
Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga
komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu:
Ø Reseptor,
adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh
kita yang bertindak
sebagai reseptor adalah organ indra.
Ø Penghantar
impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari
berkas serabut
penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang
memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron.
Ø Efektor,
adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar
impuls.
2.
Sistem
Saraf pada Hewan
Sistem saraf pada hewan terdiri
atas serabut saraf yang tersusun atas sel-sel saraf yang saling terhubung dan
esensial untuk persepsi sensoris indrawi, aktivitas motorik volunteer dan
involunter organ atau jaringan tubuh, dan homeostasis berbagai proses
fisiologis tubuh. Sistem saraf merupakan jaringan paling rumit dan paling
penting karena terdiri dari jutaan sel saraf (neuron)yang saling terhubung.
Adapun komponen-komponen yang umumnya dapat ditemukan pada
sistem saraf hewan yaitu otak, serabut saraf, pleksus, dan ganglia. Serabut
saraf merupakan kumpulan akson dari jumlah sel saraf, baik sejenis maupun
tidak. Contoh serabut saraf sejenis adalah serabut aferan dan serabut eferen.
Serabut campuran terdiri atas sejumlah akson dan sel saraf motorik dan
sensorik. Adapun pleksus ialah ialah jaringan serabut saraf yang tidak teratur.
Pleksus terkadang dapat ditemukan adanya badan sel saraf. Pleksus dapat
ditemukan pada coelenterata, stenopara, dan khemikordata. Pada jenis hewan
tersebut, pleksus biasanya berfungsi sebagai sistem sistem saraf pusat.
Komponen lainnya yakni ganglia, yaitu kumpulan sel saraf berbentuk nodul (bulat
atau membulat dan memiliki batas yang jelas), dilapisi jaringan konektif, dan
mempunyai badan sel saraf serta serabut saraf. Berikut ini akan
dijelaskan mengenai klasifikasi sistem saraf pada hewan tingkat rendah
(invertebrata) hingga tingkat tinggi (vertebrata).
2.1 Sistem
Saraf pada Hewan Tingkat Rendah (Invertebrata)
1. Sistem
Saraf Hewan Bersel Satu
Tidak semua avertebrata (invertebrata) memiliki sistem saraf. Hewan yang
tergolong Protozoa dan Porifera tidak memiliki sistem saraf. Setiap sel
penyusun tubuh hewan tersebut mampu mengadakan reaksi terhadap stimulus yang
diterima dan tidak ada koordinasi antara satu sel dengan sel tubuh lainnya.
Hewan bersel satu seperti Amoeba dan Paramaecium meskipun tidak mempunyai urat
saraf tapi protoplasmanya dapat melakukan segala kegiatan sebagai mahkluk hidup
seperti iritabilitas, bergerak dan penyesuaian diri terhadap linngkungannya.
1. Sistem
Saraf pada Coelenterata
Pada Coelenterata akuatik
seperti Hydra, ubur-ubur dan Anemon laut pada Mesoglea yang terletak diantara
epidermis (ektoderm) dan gastrodermis (endoderm) terdapat sistem saraf diffus
karena sel-sel saraf masih tersebar saling berhubungan satu sama lain
menyerupai jala yang disebut saraf jala. Sistem saraf ini terdiri atas sel-sel
saraf berkutub satu, berkutub dua, dan berkutub banyak yang membentuk sistem
yang saling berhubungan seperti jala. Meskipun demikian impuls dari satu sel ke
sel yang lainnya lewat melalui sinaps.
2. Sistem
Saraf pada Echinodermata
Sistem
saraf pada Echinodermata masih
merupakan sistem saraf primitif. Meskipun sel-sel saraf tersusun dalam bentuk
cincin saraf sekeliling rongga mulut dan mempunyai cabang ke tiap lengan,
tetapi susunan saraf didalamnya masih diffus seperti jala dan belum ada
pengelompokan dalam ganglion. Sel-sel saraf berhubungan (innervasi) dengan kaki
pembuluh, duri dan lain-lain.
Gambar
2.1 Echinodermata dan Bagian-bagiannya
Meskipun sistem saraf Echinodermata
masih diffus seperti pada Coelenterata, namun sistem sarafnya sudah mempunyai
struktur tertentu dan fungsinya sudah lebih maju. Terdapat sel saraf motorik,
sel saraf sensorik dan telah ada refleks. Misalnya pada bintang laut, terdapat
cincin saraf dalam cakram. Pada tiap penjuluran tubuhnya terdapat saraf radial
pada sisi ventral. Saraf ini bercabang-cabang halus banyak sekali. Tiap saraf
radial berakhir sebagai sebuah mata pada tiap penjuluran tubuh.
3. Sistem
Saraf pada Platyhelminthes
Platyhelminthes sudah memiliki
sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sel-sel saraf pada cacing pipih
terkonsentrasi menjadi sebuah ganglion dengan dua lobus di bagian muka yang
disebut dengan ganglion kepala atau otak primitif. Dari ganglion kepala
terdapat dua tali saraf memanjang ke belakang tubuhnya membentuk seperti tangga.
Karena itu disebut saraf tangga tali. Sistem saraf tepi terdiri atas
saraf-saraf yang tersusun secara transversal atau melintang yang menghubungkan
tali saraf dengan saraf-saraf yang lebih kecil yang terletak tersebar di semua
bagian tubuh. Ganglion kepala mempunyai peran sebagai pusat sensoris yang
menerima impuls dari titik mata dan reseptor lainnya pada kepala. Ganglion
kepala tidak mempunyai peran untuk mengkoordinasi aktifitas otot.
Gambar 2.2
Platyhelmintes dan Bagian-bagiannya
4.
Sistem saraf pada
Arthropoda
Sistem
saraf pada arthropoda mempunyai
struktur bilateral seperti pada cacing tanah. Perkembangan yang kompleks pada
otak arthropoda sangat berbeda dari spesies ke spesies. Namun pada dasarnya
mempunyai tiga bagian yaitu protoserebrum, deuteroserebrum dan tritoserebrum.
Pada arthropoda otak merupakan
stasiun relay sensorik dan mempunyai pengaruh untuk mengontrol ganglia
segmental yang lebih rendah seperti pada toraks dan abdomen. Ganglia segmental
pada hewan ini merupakan pusat refleks lokal. Laba-laba mempunyai
ganglion-ganglion ventral bersatu dengan ganglion dorsal, dan membentuk sebuah
massa saraf yang ditembus oleh esofagus dan mengeluarkan banyak cabang.
Ganglion dorsal itu sering disebut otak. Alat perasa yang pokok berupa 8 buah
mata sederhana.
Gambar 2.3 Arthropoda
dan Bagian-bagiannya
Pada udang (kelas Crustaceae) terdapat
otak di sebuah dorsal, dengan dua buah penghubung sirkumesofageal dan sebuah
rantai ganglion-ganglion di sebelah ventral. Ganglion ventral pertama besar
berhubungan dengan beberapa persatuan ganglion. Saraf bercabang dari otak dan
korda ventral. Adapun belalang (kelas Insecta) mempunyai sebuah otak dorsal
atau juga disebut ganglion serebral yang bilobus. Otak dorsal itu disatukan
dengan korda ventral oleh dua penghubung sikumesofageal. Dalam korda ventral
terdapat 3 buah ganglion toraksis dan 5 buah ganglion abdominalis.
Cabang-cabang saraf keluar dari sistem saraf sentral.
5.
Sistem saraf Annelida
Pada hewan Polychaeta
terdapat ganglion serebral atau ganglion supraesofageal dapat juga disebut
sebagai otak yang terletak di sebelah dorsal kepala. Ganglion supraesofageal
itu dihubungkan dengan ganglion subesofageal oleh 2 buah saraf sirkumesofageal.
Dari ganglion subesofageal itu mengalir ke belakang sebatang saraf ventral.
Dalam setiap metamer atau segmen batang saraf ventral itu membuat tonjolan
sebagai segmen ganglion. Batang saraf ventral bercabang-cabang lateral.
Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indra yang menerima saraf dari ganglion supraesofageal. Terdapat mata sederhana sebanyak 4 buah. Mata sederhana itu terdiri dari kornea, lensa, dan retina sehingga analog dengan mata pada vertebrata.
Palpus dan tentakel pada hewan ini merupakan indra yang menerima saraf dari ganglion supraesofageal. Terdapat mata sederhana sebanyak 4 buah. Mata sederhana itu terdiri dari kornea, lensa, dan retina sehingga analog dengan mata pada vertebrata.
Sistem saraf pada Oligochaeta
berupa sebuah ranting ganglion ventral, tiap segmen dengan satu rantai, mulai dari
segmen ke-4. di samping itu ada ganglion suprafaringeal anterior yang juga
disebut otak yang terletak dalam segmen ke-3. tali korda saraf di sekitar
faring menghubungkan otak dengan ganglion ventral pertama. Dalam tiap metamer
terdapat 3 pasang saraf yang berasal dari tali saraf ventral tersebut. Di dalam
kulit cacing tanah terdapat organ-organ sensoris yang sensitive terhadap
sentuhan dan cahaya.
Pada cacing tanah sudah mempunyai perkembangan sistem saraf yang lebih
maju yaitu telah terbentuknya ganglia yang segmental sepanjang tubuhnya.
Ganglion supraoesofagus yang disebut juga otak fungsinya masih tetap sebagai
sebuah stasiun relay sensoris dari reseptor yang peka terhadap cahaya,
sentuhan, dan zat kimia pada permukaan tubuh disekitarnya (bagian muka). Hewan
ini mempunyai ganglion pada tiap ruas tubuhnya. Ganglia segmental tersebut
dihubungkan dengan tali saraf ventral. Tiap ganglion mempunyai fungsi sebagai
pusat yang menerima impuls dari saraf sensorik dari reseptor kulit yang ada
disekitarnya. Selain itu terdapat serabut saraf berukuran besar yang
menyebabkan otot longitudinal pada semua ruas berkontraksi bersama-sama.
Gambar
2.4 Annelida dan Bagian-bagiannya
6.
Sistem saraf Mollusca
Pada bekicot,
saraf-saraf ganglion secara rapat berpasangan sebagai saraf serebral (dorsal
dari faring dan bukal), saraf kaki, saraf jeroan. Saraf-saraf dari ganglia itu
melanjut keseluruh sistem organ.
Gambar 2.5 Gastropoda dan Bagian-bagiannya
Pada gastropoda, serebral atau
ganglion suboeofagus mempunyai peran untuk mengontrol ganglia yang lebih bawah.
Aktifitas refleks atau gerakan pada hewan ini dikontrol oleh aktifitas 4 pasang
ganglion yaitu ganglia serebral, pedal, pleural, dan viseral. Pada Cephalopoda
(cumu-cumi, gurita) terdapat otak yang kompleks karena adanya penggabungan
berbagai ganglia yang letaknya mengelilingi oesofagus. Karena itu otaknya
mempunyai bagian supraoesofagus dan suboesofagus. Pada bagian suboesofagus
terdapat pusat pernafasan untuk inspirasi dan ekspirasi. Selain itu terdapat
pula bagian yang termasuk ganglia pedal dan branchial yang mengontrol lengan
dan tentakel. Sedangkan bagian otak supraoesofagus berisi pusat motorik, pusat
sensorik utama yang berupa lobus untuk pembau, dan kompleks dorsal vertikal.
2.2. Klasifikasi Sistem Saraf pada Hewan Tingkat
Tinggi (Vertebrata)
Vertebrata mempunyai sistem saraf pusat dan sistem saraf
tepi. Susunan sistem saraf pusat berupa otak dan susunan tulang belakang.
Adapun susunan saraf tepi merupakan benang-benang saraf penghubung antara susunan saraf pusat dan
bagian-bagian tubuhnya. Otaknya terdiri dari empat bagian, yaitu otak besar,
otak kecil, otak tengah dan sumsum pengubung atau sumsum lanjutan. Ukuran
bagian otak vertebrata bervariasi karena pertumbuhan setiap bagian otak antara
jenis yang satu berbeda dengan jenis lainnya. Berikut ini klafikasi sistem saraf pada hewan vertebrata.
1.
Sistem
Saraf pada Pisces
Ikan
(pisces) mempunyai susunan pusat
saraf berupa otak dan sumsum tulang belakang otak terdiri atas 3 bagian, yaitu
otak besar, otak kecil dan otak tengah. Saraf yang berkembang baik adalah saraf
yang berasal dari indra penglihatan. Pada beberapa jenis ikan misalnya ikan
hiu, saraf pembau juga berkembang dengan baik. Dengan demikian, hiu dapat
mencium dar'ah mangsa yang terluka, walaupun jaraknya agak jauh. Otak kecil
ikan berukuran lebih besar daripada ukuran otak besarnya. Pusat koordinasi otot
ikan dan pusat keseimbangan terletak pada otak kecil.
2.
Sistem
Saraf pada Amphibia
Contoh hewan Amphibia dalah katak. Pada katak yang
paling berkembang adalah penglihatannya oleh karena itu bagian otak secara
keseluruhan hanya berbentuk memanjang sebab bagian otak kecilnya tidak begitu
berkembang. Sistem saraf pada katak terdiri atas dua
bagian yaitu sistem saraf yang berupa otak dan sumsum tulang belakang. Bagian otak amphibia tersusun secara memanjang. Sistem saraf amphibi
disesuaikan dengan tempat hidupnya, dilingkungan darat dan lingkungan air. Otak tengah Amphibia yang tumbuh
menggelembung menjadi pusat penglihatan, sedangkan otak kecilnya tidak
berkembang dengan baik.
3.
Sistem Saraf pada Reptilia
Sistem saraf pada reptilia
terdiri atas sistem saraf pusat yang berupa otak dan sumsum tulang belakang.
Bagian otak terbagi menjadi empat bagian, yaitu otak besar, otak kecil, otak
tengah, sumsum penghubung atau lanjutan. Bangsa reptilia umumnya memiliki daya penciuman yang sangat tajam oleh sebab itu bagian otak yang
merupakan pusat penciumannya lebih berkembang dan bentuknya lebih besar dan memanjang kearah depan.
4. Sistem Saraf pada Aves
Burung (aves) merupakan hewan aktif yang banyak melakukan pergerakan serta
memiliki keseimbangan yang bagus terutama saat terbang. Beberapa burung juga
memiliki ketajaman penglihatan yang bagus.Karena itu pusat koordinasi gerak dan
keseimbangan burung berkembang baik hal ini dapat terlihat dari adanya
lekukan-lekukan pada otak kecil burung yang menjadikan volume otak kecilnya menjadi lebih besar. Seluruh kegiatan dan aktivitas tubuh
diatur oleh saraf pusat berupa otak dan sumsum tulang belakang. Otak burung
terdiri atas empat bagian yaitu otak besar, otak kecil, otak tengah dan sumsum penghubung
atau sumsum lanjutan. Otak besar dan otak kecil berkembang dengan baik.
Sementara itu, otak tengah berkembang membentuk dua gelembung yang behubungan
dengan pusat penglihatan.
5. Sistem Saraf pada Mamalia
Mamalia merupakan vertebarta yang memiliki derajat
tertinggi dan hal ini terbukti dari perkembangan otaknyapun dapat jelas
terlihat dimana otak kecil dan otak besarnya berkambang dengan baik dan ini
jelas sesuai dengan aktifitas-aktifitas yang dilakukan mamalia.
3. Pengertian Sistem Endokrin
Sistem endokrin disebut juga sistem kelenjar buntu, yaitu kelenjar
yang tidak mempunyai saluran khusus untuk mengeluarkan sekretnya. Kelenjar-kelenjar
endokrin dimasukkan ke dalam suatu sistem karena getah (sekret) dari satu
kelenjar endokrin dapat mempengaruhi kelenjar endokrin lainnya. Kelenjar
endokrin berasal dari jaringan epitel,
hanya pada proses pembentukannya pada kelenjar endokrin sel-sel yang
berdiferensiasi menjadi kelenjar terlepas dari jaringan epitel induknya,
sehingga tidak mempunyai saluran pelepasan, karena itu disebut kelenjar buntu.
Getah
yang dihasilkan kelenjar endokrin disebut hormon, yang didistribusikan melalui
sistem peredaran. Hormon berasal
dari kata hormaein yang artinya “membangkitkan”. Hormon berperan dalam
mengatur berbagai aktivitas dalam tubuh hewan, antara lain aktivitas
pertumbuhan, reproduksi, osmoregulasi, pencernaan, dan integrasi serta
koordinasi tubuh. Dalam beberapa hal sistem endokrin
bekerjasama dengan sistem saraf untuk pengaturan terhadap fungsi organ-organ
tubuh. Bedanya sistem saraf bekerja lebih cepat dibandingkan dengan cara kerja
sistem hormonal yang lebih lambat, namun berkesinambungan.
4.
Sistem Endokrin pada Hewan
4.1 Sistem
Endokrin pada Hewan Invertebrata
Sejumlah hewan invertebrata tidak mempunyai organ khusus
untuk sekresi hormon sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori,
yang merupakaan sumber hormon pada invertebrata. Pada Coelenterata dan
annelida tidak terdapat kelenjar endokrin tapi mekanisme neurosekresi mengatur
pertumbuhan dan reproduksi. Demikian juga pada cacing pipih dan nematoda hanya mempunyai mekanisme neurosekresi.
Hewan rendah yang mempunyai kelenjar endokrin ialah Cephalopoda, Arthropoda dan hewan yang lebih kompleks lainya.
1.
Coelenterata
Contoh hewan coelenterata ialah Hydra s.p. yang mempunyai sejumlah
sel yang dapat menghasilkan senyawa kimia yang berperan dalam proses
reproduksi, pertumbuhan, dan regenerasi. Apabila kepala Hydra dipotong,
sisa tubuhnya akan mengeluarkan molekul peptida yang disebut aktivator kepala.
Zat tersebut akan menyebabkan sisa tubuh Hydra dapat embentuk mulut dan
tentakel, dan selanjutnya membentuk daerah kepala.
2. Platyhelminthes
Hewan ini dapat menghasilkan hormon yang berperan penting dalam proses regenerasi.
Hormon yang dihasilkan tersebut juga terlibat dalam regulasi osmotic, ionic,
dan dalam proses reproduksi.
3. Nematoda
Hewan ini dapat mengalami ganti kulit hingga empat kali dalam siklus
hidupnya, serta mempunyai struktur khusus yang berfungsi untuk sekresi
neurohormon yang berkaitan erat dengan sistem saraf. Struktur khusus tersebut
terdapat pada ganglion di daerah kepala dan beberapa pada daerah korda saraf.
4. Annelida
Sel-sel
neurosekresi pada annelida terdapat pada ganglion supraoesofagus, ganglion
suboesufagus dan ganglion ventral. Cacing polychaeta dewasa dapat mengalami epitoki yakni
perubahan sejumlah ruas tubuh menjadi struktur reproduktif. Epitoki ini
dikendalikan oleh sistem neuroendokrin. Hormon yang dilepaskan akan menghambat
epitoki sehingga epitoki akan berlangsung ketika kadar hormon tersebut sangat
rendah. Adapun neuro
hormon pada cacing tanah (Oligochaeta)
banyak diselidiki peran neurohormon pada annelida ialah dalam fungsi:
·
Tumbuh dan regenerasi
·
Transformasi somatik berkenaan dengan
reproduksi
·
Pemotongan ganda dan perkembangan
seksual
·
Menentukan ciri-ciri kelamin luar
(sekunder)
·
Penyembuhan luka
5. Mollusca
Sel
neurosekresi terdapat pada ganglion otak mollusca.
Pada mollusca terdapat pula kelenjar
endokrin seperti pada vertebrata. Kelenjar tersebut misalnya kelenjar optik
pada Octopus. Pada sejenis siput jika tentakel dibuang hasilnya pembentukan
telur pada ovotestis dipercepat. Jika ekstrak tentakel disuntikkan merangsang
produksi sperma. Ekstrak ganglion otak merangsang produksi telur. Dari contoh
diatas menunjukkan bahwa baik otak maupun tentakel berisi sel-sel neurosekresi
yang menghasilkan hormon (neurohormon). Neurohormon dari tentakel merangsang
produksi sperma sedang dari otak merangsang perkembangan telur. Pada octopus
proses kedewasaan juga diatur oleh sel-sel neurosekresi yang mempengaruhi
pertumbuhan ovarium dan testes. Jadi hubungan ganglion otak-kelenjar
optikgonade pada octopus sama seperti hubungan hipotalamus-hipofisisgonade pada
vertebrata.
6. Arthropoda
Pada kelas Crustaceae memiliki sejumlah sel kecil sel endokrin klasik,
yaitu organ Y dan kelenjar mandibula. Organ Y merupakan sepasang kelenjar yang
terletak di daerah toraks tepatnya pada ruas maksila atau antena. Hormon Y
mempengaruhi proses molting. Kelenjar mandibula terletak di dekat organ Y
memiliki fungsi endokrin juga. Crustaceae juga memiliki kelenjar
androgenic yang berperan dalam perkembangan testis dan produksi sperma. Adapun
pada Insecta Terdapat 3 kelompok sel neuroendokrin yang utama, yaitu.
a. Sel neurosekretori medialis:
memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka, yakni sepasang
orggan yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan dan pelepasan neurohormon,
b. Sel neurosekretori lateralis:
memiliki akson yang membentang hingga ke korpora kardiaka,
c. Sel neurosekretori
subesofageal: terdapat di bawah kerongkongan dan memiliki akson yang membentang
ke korpora alata yang merupakan organ endokrin klasik.
Ketiganya berfungsi untuk
mengendalikan berbagai aktivitas pertumbuhan dan pengelupasan rangka luar (kulit
luar).
4.2.Sistem
Endokrin pada Hewan Vertebrata
Berbeda
dengan invertebrata, sistem endokrin pada vertebrata dapat dibedakan menjadi 3
kelompok kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau pituitari, dan
kelenjar endokrin tepi. Pada vertebrata, sistem saraf memberikan pengaruh yang
sangat jelas terhadap sistem endokrin. Berbagai organ endokrin tepi pada
vertebrata bekerja di bawah kendali kelenjar pituitari bagian depan (anterior)
yang merupakan salah satu organ endokrin pusat. Pituitari anterior bekerja
dibawah pengaruh hipotalamus, yang kerjanya dipengaruhi oleh saraf.
1. Hipotalamus dan Pituitari
Hipotalamus
dan pituitari merupakan organ endokrin pusat yang dimiliki hewan vertebrata.
Hipotalamus merupakan bagian otak vertebrata yang terletak di bawah talamus dan
berperan dalam mempertemukan sistem saraf dan endokrin. Talamus adalah kumpulan
sel syaraf yang terletak di bagian tengah otak vertebrata. Hipotalamus
berfungsi untuk mengendalikan kelenjar pituitari, sementara pituitari juga
berfungsi mengendalikan kelenjar endokrin lainnya. Oleh karena itu hipotalamus
disebut sebagai kelenjar induk. Hormon yang dikeluarkan oleh hipotalamus akan
dibawa ke pituitari ada dua jenis hormon dari hipotalamus yaitu hormon yang
dilepaskan ke pituitari depan dan hormon yang dilepas ke pituitari belakang.
Hormon yang dilepas ke pituitari belakang akan dilepas melalui akson plasma
yang membentang dari hipotalamus hingga ke bagian tersebut .
Kelenjar
pituitari belakang disebut daerah neurondokrinal karena pada daerah ini banyak
ditemukan juluran saraf dari sel neurosekretori, yang badan selnya terletak di
hipotalamus. Oleh karena itu pituitari
belakang disebut juga neurohipofisis. Dari neurohipofisis hormon dari
hipotalamus akan langsung dilepas ke sirkulasi melalui ujung akson. Hormon
hipotalamus yang dilepas di pituitari belakang ialah hormon ADH dan oksitosin.
ADH sangat penting untuk mengendalikan penyerapan air di saluran ginjal
sedangkan oksitosin berperan merangsang kontraksi otot polos pada dinding rahim
dan kelenjar susu. ADH dan oksitosin merupakan hormon dari golongan peptida.
Pada
semua vertebrata dapat ditemukan peptida yang memiliki efek hayati serupa
dengan ADH dan oksitosin tetapi susunan asam aminonya berbeda. Hormon penting
lain yang dikeluarkan oleh hipotalamu yaitu hormon pelepas ( releasing hormon,
RH ) dan hormon penghambat (Release inhibiting hormon, RIH . Kedua jenis hormon
tersebut dilepas dari ujung akson sel neurosekretori di hipotalamus ke kapiler
darah di dekatnya. Dari hipotalamus, RH, RIH dibawa oleh darah ke pituitari
depan yang juga disebut adenohipofisis. RH bekerja untuk mempengaruhi pelepasan
hormon dari pituitari depan.
Hormon dari pituitari depan
selanjutnya akan mempengaruhi pengeluaran hormon dari kelenjar lain yang
merupakan kelenjat tepi, sebaliknya RIH menghambat pelepasan hormon dari
pituitari depan. Hormon-hormon yang dihasilkan dari hipotalamus dan pituitari
beserta fungsinya masing-masing dapat dipelajari dari Hormon pertumbuhan
merangsang pertumbuhan tubuh pada semua hewan dan berpengaruh pada metabolisme
karbohidrat, lipid dan protein. Hormon ini juga merangsang hati untuk
melepaskan somatomedin, yang dapat merangsang mitosis dalam jaringan tulang.
TRH merangsang kelenjar tiroid untuk menyekresikan hormon tiroksin dan
tirodotiromin yang dapat mengendalikan laju metabolisme pada mamalia dan
metamorfosis pada Amphibia.
2. Organ Endokrin Tepi
Organ
endokrin tepi adalah semua organ endokrin diluar hipotalamus dan pituitari.
Semakin hari semakin banyak ditemukan organ endokrin baru pada vertebrata. Saat
ini banyak diketahui jantung juga mampu menghasilkan hormon yang disebut ANP.
Hormon tersebut berkaitan erat dengan pengaturan ion natrium diginjal. Hampir semua
aktivitas dalam tubuh hewan dipengaruhi oleh hormon. Aktivitas tersebut
meliputi proses pencernaan, peredaran darah, pengeluaran, osmoregulasi. Dalam
mengatur aktivitas tubuh sistem endokrin biasanya bekerjasama dengan sistem
saraf .
Contoh hewan vertebrata
adalah katak (Amphibia) dan burung (aves). Berikut akan dijeaskan sistem
endokrin pada Amphibia dan aves.
1. Sistem Endokrin pada Amphibia
Katak
memiliki beberapa kelenjar endokrin yang menghasilkan sekresi intern disebut
hormon. Fungsi mengatur atau mengontrol tugas-tugas tubuh, merangsang, baik yang
bersifat mengaktifkan atau mengerem pertubuhan, mengaktifkan bermacam-macam jaringan
dan berpengaruh terhadap tingkah laku makhluk hidup. Pada dasar otak terdapat
glandulae pituitaria atau glandula hypophysa. Bagian anterior kelenjar ini
menghasilkan hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh
terutama pada panjang tulang. Juga merangsang gonad untuk menghasilkan sel
kelamin. Bagian tengah g.pituitaria menghasilkan hormon intermidine yang
mempunyai peranan dalam pengaturan cromatophora dalam kulit. Bagian posterior
g. Pituitaria menghasilkan hormon yang mengatur pengambilan air. Hormon tiroid
yang mengatur metabolisme. Kelenjar ini menjadi besar pada berudu sebelum
metamorphose menjadi katak. Kelenjar pankreas menghasilkan enzim dan hormon
insulin yang mengatur meteabolisme zat gula.
2.
Sistem
endokrin pada Aves
Kelenjar
endokrin terdiri atas glandulae pituitaria atau hypophysa terletak di dasar
otak pada ujung infundibulum, glandulae thyroidea yang terletak di bawah pena
jugularis dekat cabang arteri subclavia dan arteri carotis. Glandulae
pancreatucus menghasilkan hormon insulin. Glandulae sub renalis atau glandula
andrenalis terletak pada permukaan ventral dan Ren, Glandulae sexualis
menghasilkan hormon yang mempengaruhi tanda kelamin sekunder terutama terletak
pada warna bulu.
5. Sistem
Indra pada Hewan
Sistem indra
merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indra.
Di dalam sistem indra, terdapat reseptor indra, jalur saraf, dan bagian dari
otak ikut serta dalam tanggapan indra. Umumnya, sistem indra yang dikenal
adalah penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecapan dan peraba.
A. Sistem Indra Hewan Invertebrata
Sistem indra
invetebrata masih sangat sederhana. Berikut ini dijelaskan sistem indra
protozoa. Coelenterata, Molusca, cacing pipih, cacing tanah dan serangga.
1. Sistem Indra pada Hewan bersel Satu (Protozoa)
Pada umumnya tidak memiliki indra,
tetapi peka terhadap rangsangan cahaya. Bila ada cahaya kuat, amoeba dan
paramaecium akan menjauh. Englena hanya memiliki alat menerima rangsang cahaya
berupa bintik mata berwarna merah didekat flagelnya. Bila ada cahaya tersebut.
2. Sistem Indra pada Coelenterata
Hewan berongga seperti ubur- ubur
memiliki sel- sel pigmen dan sel sensori yang peka tehadap cahaya serta
sejumlah tentakel sebagai alat peraba.
3.
Sistem Indra
pada Mollusca
Bekicot mempunyai dua
pasang antena. Pada sepasang antena yang panjang, diujungnya terdapat mata
sebagai indra penglihatan, sedangkan sepasang antena yang pendek berfungsi
sebagai indra peraba.
4. Sistem Indra pada Platyhelminthes
Planaria
memiliki
sepasang bintik mata pada bagian interior tubuhnya. Bintik mata tersebut sangat
peka terhadap rangsangan cahaya. Planaria cenderung bergerak menjahui cahaya.
Adapun pada cacing tanah memiliki indra penerima rangsangan yang cukup baik. Indra
tersebut berada di permukaan tubuhnya dan hanya mampu membedakan gelap terang.
Sel- sel yang sesitif terhadap rangsangan cahaya tersebut di lapisan kulit
bagian dorsal,(atas), terutama pada bagian anterior (depan). Cacing tanah
cenderung bergerak menjauhi cahaya. Cacing tanah juga peka terhadap rangsangan-
rangsangan sentuhan, zat- zat kimia, dan suhu.
5. Sistem Indra pada Arthropoda
Pada
kelas insecta, misalnya serangga memiliki indra penglihatan berupa mata tunggal
(oseli), mata majemuk (mata faset) dan ada pula yang memiliki keduanya. Mata
tunggal umumnya berbentuk segitiga, mata majemuk terdiri dari ribuan alat
penerima rangsangan cahaya yang disebut Omatidium.
Setiap omatidiun terdiri dari lensa, sel konus, pigmen, sel fotoreseptor, dan
jatuh tegak lurus pada lensa.
B. Sistem
Indra Hewan Vertebrata
Veterbrata
memiliki sistem indra yang lebih berkembang dari hewan invetebrata. Berikut ini
penjelasan indra pada ikan, katak, burung dan mamalia.
1. Sistem
Indra pada Pisces
Ikan
memiliki indra yang disebut gurat sisi, mata, alat pedengaran dan alat pencium.
Gurat sisi berfungsi mengetahui perubahan air. Sehingga ikan mengetahui
kedudukannya didalam air. Indra yang berkembang baik pada ikan adalah indra
pecium dan indra penglihat. Indra penglihatan pada ikan berupa sepasang mata
yang dilindungi selaput yang tembus cahaya. Indra pencium pada ikan terdapat
didekat mulutnya. Indra pendengar ikan hanya terdiri dari atas telinga dalam
saja yang berfungsi sebagai organ pendengar dan alat keseimbangan indra
pendengar ini kurang berkembang dengan baik.
2.
Sistem Indra pada Amphibia
Pada
katak, indra penglihatan dan indra pencium berkembang lebih baik dari pada
organ indra lainnya. Indra penglihatan pada katak berupa mata yang dilindungi
kelopak dan membran tembus cahaya yang disebut membran niktitans. Membran ini
berfungsi menjaga kelembaban mata selama didarat dan menghindari gesekan selama
di air. Indra pendengar pada katak hanya terdiri dari telinga bagian tengaj dan
telinga bagian dalam. Bagian telinga paling luar berupa selaput gendang
telingan (Membran timpani) yng berfungsi menangkap getaran suara.
3. Sistem
Indra pada Reptil
Indra
reptil yang berkembang dengan baik adalah indra pencium. Pada kadal dan ular, indra
penciumnya terletak di langit- langit rongga mulutnya, berupa lubang- lubang
kecil yang tepinya mengandung sel- sel saraf pencium.
4.
Sistem
Indra pada Aves
Indra pada burung (aves) yang berkembang dengan baik adalah
indra penglihatan yaitu mata. Mata burung dapat berakomodasi dengan baik.
Burung yang hiduo dan mencari makanan pada malam hari pada retinanya banyak
mengandung sel batang. Sedangkan burung yang hidup dan mencari makanan pada
retinanya banyak mengandung sel kerucut. Umumnya burung memiliki daya akomodasi
yang sangat baik sehingga dapat melihat mangsanya dari jauh.
4. Sistem
Indra pada Mamalia
Indra
mamalia umumnya berkembang dengan baik. Kepekaan indra pada masing-masing mamalia
berbeda- beda misalnya anjing mempunyai indra pendengaran yang istimewa. Selain
indra pendengaran, anjing memiliki indra pencium yang sangat tajam. Menangkap
getaran bunyi setinggo 150.000 Hz.
BAB
III KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan dari rumusan
masalah yang telah dijelaskan pada Bab II Tinjauan Pustaka, maka dapat
disimpulkan bahwa:
1.
Sistem saraf adalah sistem yang mengatur dan mengendalikan semua kegiatan
aktivitas tubuh.
2.
Sistem
saraf pada hewan invertebrata dan vertebrata memiliki perbedaan. Tidak
semua invertebrata memiliki sistem saraf
misalnya protozoa dan porifera, namun setiap sel penyusun
tubuhnya mampu mengadakan reaksi terhadap stimulus yang diterima. Adapun
invertebrata yang lebih kompleks telah memiliki sistem saraf tetapi lebih
sederhana dibandingkan sistem saraf vertebrata yang telah memiliki sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi.
3.
Sistem endokrin (sistem hormon) merupakan suatu
senyawa kimiawi yang berperan dalam mengatur berbagai
aktivitas internal hewan yang bekerjasama dengan sistem saraf untuk pengaturan
terhadap fungsi organ-organ tubuh.
4.
Sistem endokrin pada vertebrata dapat
dibedakan menjadi 3 kelompok kelenjar utama yaitu hipotalamus, hipofisis atau
pituitari, dan kelenjar endokrin tepi. Berbeda dengan vertebrata, sejumlah hewan invertebrata tidak mempunyai organ
khusus untuk sekresi hormon sehingga sekresinya dilaksanakan oleh sel neurosekretori, yang merupakaan sumber hormon pada
invertebrata.
5. Sistem
indera merupakan bagian dari sistem saraf yang berfungsi untuk proses informasi indra. Di dalam sistem indra, terdapat reseptor
indra, jalur
saraf, dan
bagian dari otak ikut serta dalam tanggapan indra. Pada hewan invertebrata
seperti, coelenterata menggunakan tentakel sebagai alat
peraba dan pada cacing tanah memiliki indra yang berada dipermukaan tubuhnya
dan peka terhadap rangsangan. Akan tetapi, tidak semua makhluk hidup memiliki
alat indra. Contohnya pada hewan invetebrata seperti protozoa, tidak memiliki
indra, akan tetapi peka terhadap rangsangan. Adapun veterbrata memiliki sistem indra yang lebih berkembang dari
hewan invetebrata. Hewan- hewan ini menggunakan mata untuk
melihat, hidung yang berfungsi sebagai indra pencium, tangan atau kulit sebagai
indra peraba dan telinga yang berfungsi sebagai indra pendengar.
0 komentar:
Posting Komentar